Kamis, 28 Maret 2013

Misalkan Kita di Raja Ampat


Misalkan Kita di Raja Ampat


Misalkan kita di Raja Ampat, maka pagi bukanlah ricuh gaduh soal berlarut-larutnya kasus hukum di televisi, atau langkah tergesa-gesa karena di kejar waktu. Disini, listrik dan sinyal adalah barang langka. Pelayanan listrik dari PLN belum sampai ke daerah ini, pengelola resort menggunakan genset untuk mendapat listrik. Begitu pula dengan sinyal, hanya sinyal telkomsel yang ada, itupun timbul tenggelam.

Kambala, perahu yang setia mengantar kami kesana-kemari selama di Raja Ampat & Anak-anak Arborek latihan untuk perayaan natal
Tapi bukan berarti pagi di Raja Ampat adalah pagi yang sepi. Di Raja Ampat Dive Resort, tempat kami menginap, pagi adalah sehamparan rencana tentang kemana kita akan pergi hari ini. Sambil sarapan, Kak arif, sang instruktur selam akan membriefing Ann dan Steve, pasangan wisatawan dari belgia, tentang dive spot-dive spot yang akan mereka jelajahi hari itu. Sementara pak agus, sang pengelola resort akan memberitahukan destinasi yang akan kami tuju di hari itu. Diantara kami tidak ada yang memiliki sertifikat diving, sehingga agenda perjalanan kami selama di raja ampat kebanyakan adalah land tour, snorkling dan sisanya  terombang-ambing di boat. Setelah sarapan, sekitar jam 9, kami akan bergegas ke dermaga untuk naik ke boat. Karena raja ampat adalah kepulauan yang terdiri dari ratusan pulau, maka moda transportasi utama ya kapal boat.

Selama di Raja Ampat ada beberapa tempat yang bisa kita kunjungi. Salah satunya adalah kampung wisata arborek, salah satu pulau tempat warga lokal berdomisili. Arborek adalah pulau kecil, luasnya kurang lebih hanya 7 hektar dan  dihuni oleh 33 kepala keluarga. Sehari-hari warga bekerja sebagai nelayan dan membuat kerajinan anyaman. Namun ketika kami berkunjung disana,tak kami temui aktivitas pembuatan kerajinan tersebut. Karena warga arborek sedang sibuk mempersiapkan perayaan natal. Yup, disini perayaan natal sangat meriah, genderang musik bertalu-talu dari malam sampai pagi,kemeriahan itu berlangsung sepanjang desember. Boleh dibilang, meriahnya seperti perayaan Lebaran di Jawa.

Tak jauh dari Arborek, terdapat manta point, spot diving yang terkenal karena banyak ikan pari mantanya. Di raja ampat, tanpa nyebur ke dalam laut pun, kita bisa melihat banyak biota laut . Tak jarang dengan anggunnya,tiba-tiba manta, penyu atau lumba-lumba melintas dibawah boat yang kami tumpangi.

Gerombolan Manta
Misalkan kita di Raja Ampat, maka makan siang adalah hal yang membuat penasaran. Biasanya pagi-pagi sebelum berangkat, Bu Lusi, istrinya pak agus dan kak olla, chef di resort, sudah membekali kami makan siang. Selama di raja ampat, sebagian besar waktu kami dihabiskan di boat. Menjelang tengah hari, biasanya Kak ahmad dan Kak julian, navigator boat kami, akan menepikan boat ke sebuah pulau. Disana bekal makan siang akan dibuka, dan kami menyantapnya bersama-sama.

" Kak ahmad, boleh gak kalo misalnya nanti ada pulau yg bagus terus nanti kita berhenti buat makan siang disana ? " tanya saya ketika kami menyusuri teluk kabui.

" Kalau ombaknya memungkinkan,boleh-boleh aja " jawab kak ahmad.

Tapi selama di raja ampat, saya tak pernah request untuk makan siang di pulau tertentu. Gugusan pulau di raja ampat kebanyakan adalah pulau kapur atau karang yang muncul ke permukaan laut kemudian seiring berjalannya waktu, karang tersebut ditumbuhi berbagai vegetasi tanaman. Makanya walaupun terlihat seperti pulau, tapi hanya sedikit yang memiliki pantai. Jadi akhirnya kami mengikuti tour leaders aja soal urusan makan siang dimana ini, karena mereka yang lebih tahu.  Tapi memang sesederhana itulah, misalkan kita di Raja Ampat, maka kita bisa saja mendarat di sebuah pulau cantik yang bahkan saya tak tahu namanya hanya untuk sekedar makan siang,dan  kemudian kembali melanjutkan perjalanan. 
Sebuah pulau di selat kabui Raja Ampat

Misalkan kita di Raja Ampat, maka mesti banget berkunjung ke wayag, ikon dari raja ampat. Ketika pulang dari raja ampat, banyak kawan yang bertanya, bagaimana rasanya melihat wayag dengan mata kepala sendiri dan bukannya di gambar-gambar. 

" Rasanya kayak kita lagi ada di dalam kalender atau seenggaknya google images. " Begitu saya biasa menjawab.

Sebuah pulau di selat kabui Raja Ampat & Sebuah Perairan dangkal di Hidden Bay
Karena ya memang begitu. Pertama kali melihat pemandangan wayag di google images, dalam hati saya berkata, ah paling ini birunya editan, atau foto ini diambil oleh fotografer profesional. Tapi begitu sampai di puncak wayag, yang ada di google images itu meang benar adanya. Tanpa editan, tanpa kamera canggih, wayag memang terlihat tepat seperti yang ada di google images kalau kita menelusuri google dengan keywords raja ampat.

Tapi keindahan wayag ini ada harganya. Perjalanan dari resort menuju wayag membutuhkan perjalanan paling sedikit 3 jam sekali jalan, itupun dengan asumsi cuaca cerah dan ombak yang ramah. Dan kalau banyak orang yang bilang pergi ke raja ampat itu mahal, maka saya haqul yakin pos yang makan budget terbesar adalah untuk menuju wayag. Kenapa ? Karena perjalanan pulang pergi dari waigeo ke wayag membutuhkan setidaknya 300 liter bensin. Dan asal tahu saja, harga bensin disini adalah Rp 9000 perliter. Belum lagi ditambah sewa boat dan navigatornya. Coba bayangkan berapa rupiah yang harus dikeluarkan ? Untung saja, perjalanan kami ini dibiayai oleh beswan djarum. Hehehe.

Oh ya, untuk masuk ke area konservasi wayag pengunjung harus mengenakan pin khusus yang dikeluarkan oleh pemerintah setempat. Waktu kesana, pin ini kami dapat di kantor Conservation International, dengah harga Rp 250.000 per buah untuk wisatawan lokal, dan Rp 1 jt untuk wisatawan asing. Biarpun mahal, tapi pin ini berlaku selama tahun kunjungan yang tercantum dalam pin loh. jadi kalau di pinnya itu tahun 2012 dan kamu berkunjung ke raja ampat pada bulan juni, maka pin itu masih berlaku kalau kamu ke raja ampat lagi pada bulan november. 

View dari Puncak Wayag & Dermaga Raja Ampat Dive Resort
Perjalanan menuju wayag belum selesai sampai disana. Sesampainya di wayag, kita masih harus mendaki sejauh 150 meter dengan kemiringan 80 derajat untuk bisa sampai ke puncak wayag. Belum lagi jalan setapak menuju puncak hanya cukup dilalui satu orang saja. Jadi kita harus menunggu pengunjung yang sedang di puncak untuk turun, baru kita bisa mendaki. Biarpun perjalanannya melelahkan, tapi begitu sampai di puncak semua lelah itu langsung lunas tergantikan !

Misalkan kita di Raja Ampat, kita juga bisa mengunjungi hidden bay. Hidden bay adalah kawasan perairan cantik yang dikelilingi hutan bakau.  Tempat ini disebut hidden bay karena beberapa daerah perairannya yang sangat dangkal sehingga hanya bisa dikunjungi saat laut pasang. Untuk memasuki kawasan ini, boat harus melewati celah sempit, maka jadilah tempat ini semakin tersembunyi. Memasuki daerah ini, kami dibuat terkesima oleh tenangnya laut, lebatnya hutan dan tingginya tebing-tebing  yang mengelilingi hidden bay. Tempat ini benar-benar mengingatkan saya pada serial the lost world yang sering saya tonton ketika masih kanak-kanal dulu.

Biasanya kami baru kembali ke Resort ketika hari beranjak senja. Begitu boat merapat di dermaga resort, kami akan ke kamar masing-masing untuk membersihkan diri. Begitu selesai, biasanya saya akan ke dermaga untuk menunggu matahari terbenam. Taro, expatriat jepang,akan duduk-duduk di dermaga sambil membaca buku, sementara steve dan ann biasanya sibuk mengomentari foto-foto bawah air hasil diving mereka hari itu,sesekali saya ikut nimbrung kalau mereka menemukan binatang laut yang unik. Sambil menunggu matahari terbenam, banyak yang bisa dilihat dari dermaga,semisal burung camar yang berputar-putar di angkasa bersama kelompoknya, atau bahkan jika beruntung kita juga bisa melihat lumba-lumba. Begitu matahari kembali ke peraduan, maka kami akan kembali ke resort untuk makan malam dan beristirahat.

Itulah beberapa diantaranya destinasi dan aktivitas yang bisa dilakukan, misalkan kita di Raja Ampat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar